Pencinta Buku

Buku adalah Guru Paling Sabar

Paham Liberal dalam Berbagai Agama di Indonesia

Posted by pencintabuku pada Februari 17, 2008

Oleh: Abu Haikal*

Judul Buku : Paham-Paham Keagamaan Liberal pada Masyarakat Perkotaan
Penulis : Achmad Rosidi, dkk. (Tim Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Depag)
Penerbit : Badan Litbang dan Diklat Depag RI, Jakarta
Cetakan : I, 2007
Tebal : xlvii + 362 hlm.

Istilah Islam Liberal tadinya tidak terlalu dikenal dan diperhatikan orang di Indonesia. Apalagi jumlah pendukungnya hanya minoritas yang amat kecil. Istilah itu justru menjadi amat populer setelah dikeluarkannya Fatwa MUI pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa faham liberal adalah sesat dan menganut faham itu adalah haram hukumnya. Jadi terlepas dari perdebatan tentang keabsahan fatwa itu, istilah Islam Liberal di Indonesia justru dipopulerkan oleh pihak penentangnya. Memang terkadang suara merekapun nyaring bunyinya. Demikian tulis Prof. Atho’ Mudzhar dalam sambutan penerbitan buku ini.

Arti kata Islam Liberal sendiri menurut Nuhrison, editor buku ini, tidak selamanya jelas. Leonard Binder, penulis buku ”Islamic Liberalism” (1988) memberi arti ”Islamic political liberalism” dengan penerapannya pada negara-negara Muslim di Timur Tengah. Namun buku itu sendiri tidaklah cermat dalam menggunakan terminologi Islam liberal, karena selain menyajikan pendapat Ali Abd Raziq yang memang liberal, juga membahas pemikiran Abul A’la Al-Maududi yang lebih tepat disebut sebagai tokoh fundamentalis atau revivalis.

Sementara bagi Greg Barton dalam bukunya ”Gagasan Islam Liberal di Indonesia” (1999) istilah ”Islamic Liberalism” sama dengan pembaharuan Islam atau Islam neo modernis. Istilah neo modernisme sendiri berasal dari Fazlur Rahman yang pemikirannya banyak mendapat pengikut di Indonesia.

Di Indonesia sejak tahun 1970-an, bersamaan kemunculan Orde Baru yang memberikan tantangan tersendiri bagi umat Islam, beberapa cendekiawan Muslim mencoba memberi respon untuk menjawab tantangan tersebut. Terhadap situasi baru yang sedang dihadapi, mereka tidak menemukan jawabannya dari sumber-sumber masa lalu, sehingga mereka mencoba memberikan jawabannya sesuai latar belakang pendidikan masing-masing. Maka muncullah kelompok anak muda yang menggaungkan ”Pembaharuan Pemikiran Islam.” Karena mereka mencoba memahami ajaran Islam sesuai konteks Indonesia, maka walaupun mereka tidak menyebut dirinya sebagai kelompok Islam liberal, dapatlah mereka digolongkan kepada penganut Islam liberal, dalam arti menolak taklid dan melakukan ijtihad, serta menolak otoritas individu maupun kelompok dalam menafsirkan ajaran agama.

Pemikiran-pemikiran yang dikembangkan tokoh liberal, baik internasional maupun nasional, mendapat tentangan dan tanggapan yang kurang simpati dari kelompok tradisionalis dan revivalis. Tak jarang mereka dituduh sesat dan antek Barat dalam rangka menghacurkan Islam. Ada yang diusir dari negaranya, ada pula yang dihukum mati. Ancaman mati pernah pula diterima tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) di Indonesia, Ulil Absor Abdallah. JIL eksis pada 8 Maret 2001 dengan maksud untuk kepentingan pencerahan dan pembebasan pemikiran Islam di Indonesia. Kegiatan utama kelompok ini adalah diskusi tentang hal-hal berkaitan dengan Islam, negara dan isu-isu kemasyarakatan.

Penelitian dalam buku ini adalah respon adanya pro-kontra atas geliat Islam liberal di berbagai kota di Indonesia. Yang menarik adalah, penelitian tidak terbatas pada gerakan liberal di kalangan agama Islam, namun juga yang terjadi di kalangan agama Kristen, Katolik dan Hindu. Diteliti pula tentang metodologi dalam memahami teks-teks keagamaan, produk-produk hasil pemikiran, cara pemasyarakatan keagamaan yang dikembangkan dan respon pemuka agama terhadap produk pemikiran yang dimunculkan. Adapun lokasi penelitian ini adalah di Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar (Hindu), Kupang (Katolik) dan Manado (Kristen).

Perkembangan pemahaman Liberal Islam di Yogyakarta tergolong masih belum pesat dan belum radikal dibanding perkembangan Islam Liberal di Jakarta. Di kota gudeg ini, faham liberal masih dalam wacana konteks keagamaan, sedang di Jakarta sudah memasuki tahap realisasi di tengah-tengah masyarakat, seperti nikah beda agama. Bahkan di Bandung ada yang mendeklarasikan kawasan bebas (tanpa) Tuhan, dan di Semarang ada yang menyuarakan nikah sesama jenis.

Di Manado, paham keagamaan Kristen liberal umumnya berasal dari cendekiawan Kristen, dosen, mahasiswa atau para pelajar. Tampaknya terdapat kesulitan yang ditemui para peneliti untuk kasus Kristen liberal ini. Secara sederhana dalam gereja dikenal dua paham besar yaitu paham liberal dan paham injili. Cuma untuk menelusuri kelompok yang menganut paham liberal ini agak susah di zaman globalisasi sekarang ini. Jemaat tidak lagi ikut paham ini atau paham itu, misalnya ada Kharismatik dan ada gereja-gereja suku. Di dalam pemahaman mungkin teologi doktrinnya seperti paham liberal tetapi jemaatnya ada di dalam gereja yang menganut paham Injili.

Di kalangan Katolik, pemahaman liberal setelah waktu yang panjang akhirnya dapat diterima. Legio Maria yang didirikan pada tahun 1921 di Irlandia baru dapat diakui oleh Paus tahun 1933 setelah betul-betul dapat membuktikan bahwa apa yang dilakukan kelompok Legio Maria melalui kerasulannya tidak menyimpang dari ajaran Katolik. Di NTT, Legio Maria cepat diterima karena masyarakatnya mayoritas beragama Katolik.

Dari penelitian dalam buku ini, ditemui beragam perkembangan dan respon masyarakat perkotaan terhadap paham liberal dalam berbagai agama. Penelitian ini sangat informatif dan bermanfaat agar kita tidak membabi buta dalam menolak atau menerimanya.■

*Penulis Penyuluh Agama Islam Honorer, tinggal di Pontianak
(alamat: Jl. Mat Sainin C-48 Pontianak)

**Edisi Cetak Borneo Tribune, 17 Februari 2008

7 Tanggapan to “Paham Liberal dalam Berbagai Agama di Indonesia”

  1. 1. Allah menjelaskan didalam kitab suci-Nya tentang perselisihan persepsi dari agama-agama yang disifati Yahudi dan Nasrani dan wajib mengikuti milata Ibrahim sesuai Al Baqarah (2) ayat 111,112,113,120,130,135,145.
    2. Nabi Muhammad saw. dan Al Kitab meramalkan bahwa umat didalam agama terpecah-belah menjadi 73 firqah, sekte sesuai Ar Ruum (30) ayat 32, Al Mu’minuun (23) ayat 53,54 (sesat), Yudas 1:18,19,20,21 (hidup tanpa roh kudus).
    3. Allah menjanjikan akan menjadikan umat yang satu menurut An Nahl (16) ayat 93 (yang tidak setuju “satu umat” sesat dan yang setuju satu umat diberi petunjuk), dengan syarat wajib menunggu-nunggu dan tidak melupakan datangnya Allah menurunkan HARI TAKWIL KEBENARAN KITAB memenuhi Al A’raaf (7) ayat 52,53 atau ROH KEBENARAN memenuhi Yohanes 16:12-15.

    Untuk penjelasan totalnya kami telah menerbitkan buku panduan terhadap kitab-kitab suci agama-agama berjudul:

    “BHINNEKA CATUR SILA TUNGGAL IKA”
    berikut 4 macam skema lampiran acuan:
    “SKEMA TUNGGAL ILMU LADUNI TEMPAT ACUAN AYAT KITAB SUCI TENTANG KESATUAN AGAMA (GLOBALISASI)”
    hasil karya tulis ilmiah otodidak penelitian terhadap isi kitab-kitab suci agama-agama selamA 25 tahun oleh:
    “SOEGANA GANDAKOESOEMA”
    dengan penerbit:
    “GOD-A CENTRE”
    dan mendapat sambutan hangat tertulis dari:
    “DEPARTEMEN AGAMA REPUBLIK INDONESIA” DitJen Bimas Buddha, umat Kristiani dan tokoh Islam Pakistan.

    Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

  2. Ninefold said

    Somehow i missed the point. Probably lost in translation 🙂 Anyway … nice blog to visit.

    cheers, Ninefold.

  3. Buku panduan terhadap kitab-kitab suci agama-agama berjudul:

    “BHINNEKA CATUR SILA TUNGGAL IKA”
    Penulis: Soegana Gandakoesoema

    Tersedia ditoko buku K A L A M
    Jl. Raya Utan Kayu 68-H, Jakarta 13120
    Telp. 8573388

  4. Bahasan yang menarik cukup banyak informasi yang diberikan, tambah ilmu lagi deh, thank’s infonya ya!.

  5. Buku “BHINNEKA CATUR SILA TUNGGAL IKA”
    Penulis: Soegana Gandakoesoema
    Penerbit: GOD-A CENTRE
    Bonus: “SKEMA TUNGGAL ILMU LADUNI TEMPAT ACUAN AYAT KITAB SUCI TENTANG KESATUAN AGAMA (GLOBALISASI)” berukuran 63×60 cm.

    Tersedia ditoko-toko buku distributor tunggal
    P.T BUKU KITA
    Telp. 021.78881850
    Fax. 021.78881860

    Salamun ‘alaikum daiman fi yaumiddin, Soegana Gandakoesoema, Pembeharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi

  6. hasan el basry bonaress said

    DALAM BERGAMA YANG PENTING TETAP MENJALANKAN SYARIAT MASING2 TANPA HARUS MENGGANGGU DALAM SYIAR DAN SYARIA’AT AGAMA MASING TRIM

  7. terima kasih ya mas telah banyak memberikan refrensi.jangan lupa back link ya mas

Tinggalkan Balasan ke kojiro irawan tri jayanto Batalkan balasan